Kamis, 14 Januari 2010

Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN

1.Tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen :

a.Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh ; (1). Kebutuhan konsumen, (2). Persepsi atas karakteristik merek, dan (3). Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.

b.Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh (1). Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), (2). Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), (3). Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan (4). Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).

c.Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah (1). Barang, (2). Harga, (3). Periklanan dan (4). Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran.

2.PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tipologi pengambilan keputusan konsumen :
1.Keluasan pengambilan keputusan ( the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan evaluasi pilihan merek. Disisi lain, sangat sedikit atau tidak ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.

Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah.
Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi. Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen.

Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited process of decision making”.
Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.

Model perilaku konsumen :


3.HASIL PENELUSURAN
Berdasarkan hasil penulusuran dari kedua tempat yakni Ambarukmo Plaza ( mall ) dan toko elektronik dijalan Malioboro ( bukan mall ), terlihat berbagai macam perbedaan karakteristik konsumen. Jika mengacu pada segmentasi psikografis yang dibuat oleh Nielsen Indonesia ( 2005 ), kami berusaha mengkonfirmasikan dikedua obyek penelitian, dan hasilnya adalah rata-rata pengunjung mall mewakili psikografis Soldier of fortune, fashiaon forward dan constant hedonis.
Fashion forward dan constant hedonist yang termasuk dalam kelompok modern shopper lebih banyak dibandingkan tradisional shopper yang dibedakan menjadi Soldier of fortune dan kelompok Conservative solitude yang tidak ditemukan dalam salah satu kepribadian konsumen. Conservative solitude adalah mereka yang memiliki pemikiran konservatif , tidak biasa dengan teknologi, cenderung pasif, serta tidak terlalu memikirkan penampilan. Hal ini menjelaskan mengapa mereka tidak terlalu menyukai mall.
Trend terakhir dalam mempelajari perilaku konsumen diarahkan pada neuromarketing yang memusatkan studi pada psikologi otak yang diarahkan oleh pesan-pesan marketing, advertising, dan berbagai pilihan brand. Menurut neuromarketing, shopper tidak jatuh cinta pada toko Cuma karena menyukai barang yang dijual ditoko tersebut, melainkan juga karena toko menyentuh mereeka secara personal dan emosional. Shopping, bagi para shopper tidak hanya melibatkan aktivitas berburu dan mengumpulkan barang belanjaan, lebih dari itu shopping menyangkut aspek keterlibatan, ketertarikan, dan dinamika pengalaman retail itu sendiri.
Oleh sebab itu, marketer, brand developer, dan terutama retailer, kini memasuki suatu tahapan baru dalam mempelajari perilaku belanja yang menitikberatkan pada experience of shopping. Dengan demikian tingkat keberhasilan mereka bargantung pada kemempuan mereka mendorong terjadinya pengalaman retail yang luar biasa menyenangkan bagi para shopper, mendorong untuk menyentuh bahkan menggunakan produk yang ditawarkan.
Dalam proses mempengaruhi konsumen sangat terlihat jelas kita temui di super / hiper market yaitu mulai dengan memberikan potongan harga, cas back terhadap pembelian barang tertentu hingga penjaminan tambahan garansi yaitu selama dua tahun jikas terjadi kerusakan akan diganti dengan barang yang baru dan juga free jasa pengiriman.
Yang menjadi menarik jika konsumen masih mau dan rela mengunjung toko elektronik bukan mall meskipun nilai tambah yang diberikan tidak sebanding dengan yang ada di mall. Ternya disinilah tempat berkumpulnya orang atau kelompok yang tidak menyukai belanja di mall dengan berbagai alasan diantaranya yaitu mereka dapat memperoleh barang dengan merk dan kualitas yang sama dengan harga yang lebih murah.

4.Kesimpulan
Dari hasil penelusuran tersebut dapat disimpulkan barhwa terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik konsumen yang mengunjungi mall dan bukan mall. Para konsumen di mall mempunyai kecenderungan tidak terlalu sensitif dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan di toko bukan mall. Konsumen di mall beranggapan bahwa nilai tambah yang diberikan cukup rasional dengan berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan di mall.
Adapun proses pembelian kurang lebih sama yakni melalui proses pembelian yang rumit mengingat produk yang dibeli adalah produk yang terbilang mahal dan tidak sering dibeli serta beresiko sehingga membutuhkan keterlibatan yangcukup dalam dari konsumen untuk menyaring produk yang sesuai bagi dirinya. Jadi bagi pemasar bahwa kedua saluran pemasaran tersebut manjadi sama pentingnya mengingat karakteristik pembelinya juga berbeda meskipun proses pembeliannya hampir sama.

Tidak ada komentar: