Sabtu, 01 Januari 2011

PROYEKSI EKONOMI 2011

Antara Pertumbuhan Ekonomi dan
Kenyataan Deindustrialisasi

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2011 bisa mencapai 7 persen. Ini akan terwujud jika pemerintah mampu mengatasi faktor-faktor penghambat pertumbuhan ekonomi tersebut.

"Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 cukup baik. Tahun depan, beberapa lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi antara 6,3 persen hingga 6,5 persen. Tapi, Kadin beranggapan, ekonomi bisa tumbuh sampai 7 persen kalau syarat-syarat yang dibutuhkan itu terpenuhi," katanya di Jakarta, Kamis (23/12).
Syarat-syarat yang dimaksud itu, antara lain pembangunan infrastruktur energi, jalan, dan pelabuhan, serta perbaikan sistem logistik nasional. Selain itu, pemerintah bersama pelaku usaha juga harus bekerja sama menyelesaikan persoalan dunia usaha.
Untuk itu, Kadin Indonesia mengusulkan 10 program aksi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen pada tahun depan. Pertama, pemerintah sebaiknya menaikkan defisit pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang selama ini ditetapkan 1,7 persen menjadi minimal 2,5 persen. Ini agar tersedia cukup dana untuk memacu kinerja sektor riil.
"Dana ini semestinya diprioritaskan untuk pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, jaringan kereta api, dan lahan untuk kawasan industri," tutur Suryo pada acara "Economic Outlook 2011 Kadin Indonesia", yang juga dihadiri Ketua Dewan Penasihat Kadin Indonesia Fahmi Idris, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Oesman Sapta Odang, serta sejumlah pengurus Kadin Indonesia lainnya.
Selanjutnya, Kadin Indonesia merekomendasikan pemerintah menitikberatkan orientasi pembangunan pada industri manufaktur yang bernilai tambah tinggi, khususnya di sektor pangan, pertanian, maupun pertambangan. Ini dilakukan supaya Indonesia tak lagi menjadi pengekspor bahan mentah.
Sedangkan ketiga, Kadin mengusulkan, pemerintah menetapkan insentif fiskal dan moneter untuk mendukung upaya swasembada energi dan pangan. Organisasi pengusaha ini juga menyarankan pemerintah memperbaiki kebijakan-kebijakan makro di bidang investasi, perdagangan, dan perbankan, terutama yang selama ini menghambat upaya korporasi dalam meningkatkan daya saing. Selain itu, pemerintah juga harus mendorong perbankan bisa mendukung investasi di sektor riil, terutama untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur yang sampai sekarang masih menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.
"Pemerintah juga harus mengupayakan penurunan tingkat suku bunga menjadi di bawah 10 persen seperti di negara-negara pesaing. Ini supaya daya saing industri kita lebih kuat dan pertumbuhan sektor riil terpacu," ujar Suryo.
Program aksi lain yang direkomendasikan Kadin Indonesia adalah pembuatan rencana pengembangan industri prioritas, kampanye penggunaan produk dalam negeri, dan peningkatan investasi di daerah. "Kalau usul-usul ini dijalankan, kami yakin pertumbuhan ekonomi bisa sampai 7 persen," ucapnya.

Positif

Di lain pihak, sejumlah pengamat juga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 bisa mencapai 6,4 persen. Selain ekspektasi pasar yang tetap positif trennya, juga diperlukan keberanian dari pemerintah untuk mencapai target dan program yang telah dicanangkan.
"Saya melihat tidak ada gangguan berarti. Kalau program pemerintah berhasil, pertumbuhan akan lebih cepat lagi di 2011 dan bisa 6,4 persen," kata Chief Economist Dana Reksa Institute Purbaya Yudi Sadewa dalam acara "Hipmi Economic Outlook 2011" di Jakarta, Kamis (23/12).
Dia memperkirakan, situasi Indonesia akan terus kondusif hingga 2016, sehingga ekonomi akan terus ekspansif. Dalam hal ini, bisa dikatakan, ke depan, potensi pembangunan ekonomi Indonesia akan sangat cerah.
"Hambatannya cuma satu, yakni perilaku sistemik yang jarang berubah," katanya.
Sedangkan ekonom senior Mirza Adityaswara malah menilai bahwa saat ini kondisi Indonesia seperti era 1990-1997, terutama ditandai dengan kondisi politik yang stabil, pasar finansial yang terus meningkat, dan suku bunga yang berada pada level terendah sepanjang sejarah. Ini ditunjang dengan kondisi perbankan yang sehat. "Artinya, perbankan sudah punya modal, dan bahkan beberapa sudah right issue (terus menerbitkan saham baru). Jadi, bisa dibilang 80 persen dari ekuitas mendukung untuk pertumbuhan ekonomi," katanya.
Karena itu, pertumbuhan 6,3-6,5 persen mungkin dicapai dan bisa lebih tinggi. Namun, pemerintah harus bekerja lebih keras, terutama untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur, termasuk koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah serta peningkatan penyerapan anggaran.

Sulit

Di tempat terpisah, pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Deniey Adi Purwanto mengatakan, gejala deindustrialisasi semakin terlihat di Indonesia. "Kita semakin menuju ke sana, dan dengan kondisi tersebut semakin sulit mengurangi pengangguran serta mengentaskan kemiskinan," ujarnya.
Menurut dia, ada tidaknya deindustrialisasi di Indonesia dapat dilihat dari kontribusi industri terhadap ekonomi, tingkat pertumbuhan, ekspor, dan penyerapan tenaga kerja. Masalah ini terkait fundamental perekonomian Indonesia. Selama ini sektor industri manufaktur terus mengalami penurunan.
Padahal, industri manufaktur merupakan sektor padat karya, di samping sektor pertanian yang memunyai implikasi terhadap angka pengangguran. "Indikasi lain deindustrialisasi adalah terjadinya peningkatan industri dan ekspor barang mentah yang diikuti oleh penurunan penyaluran kredit perbankan," ujarnya.
Selain itu, gejala lainnya terlihat dari meningkatnya impor barang jadi ke Indonesia yang dapat memengaruhi industri serta usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM). "Lonjakan produk impor terjadi pada sektor makanan, minuman, komestik, obat tradisional, jamu, dan farmasi. Padahal, selama ini industri makanan dan minuman menjadi andalan dalam menopang perekonomian nasional," ujar Deniey.
Di sisi lain, industri nasional juga menghadapi beban-beban lain, seperti penguatan rupiah, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan biaya logistik, dan bunga perbankan yang tinggi
 

Tidak ada komentar: